Banyak perusahaan kesulitan terapkan ESG? Benarkah? Tak bisa dipungkiri, di tengah perubahan global yang semakin cepat, konsep keberlanjutan semakin menjadi perhatian utama dalam dunia bisnis.
Perusahaan-perusahaan kini dihadapkan pada tuntutan untuk tidak hanya menghasilkan keuntungan. Tetapi juga untuk bertanggung jawab terhadap dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan.
Munculnya konsep ESG (Environmental, Social, and Governance) menjadi penanda bahwa dunia bisnis telah memasuki era baru di mana keberlanjutan menjadi pondasi utama.
Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan
Saya pernah ikut mendengarkan Rapat Dengar Pendapat (RDP) di gedung DPRD di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Saat itu, tahun 2020, saya masih aktif turun lapangan sebagai jurnalis di salah satu media online di Makassar.
RDP ini membahas tentang keluhan warga terhadap salah satu perusahaan yang beroperasi di daerah tersebut yang diduga telah melakukan pencemaran lingkungan. Lahan persawahan produktif milik warga adalah korbannya.
Limbah yang berasal dari pabrik tersebut ternyata melampaui batas pH (tingkat keasaman air) yang telah ditetapkan. Dampaknya sangat merugikan, terutama terhadap lahan pertanian yang sebelumnya subur dan produktif. Keberadaan limbah ini menciptakan situasi di mana tanah yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi petani, kini tercemar.
Pipa pembuangan limbah dari pabrik tersebut membentang hingga mencapai sistem irigasi yang biasa dimanfaatkan oleh para petani setempat. Ironisnya, sumber air yang seharusnya memberikan kehidupan kepada tanaman, kini menjadi penyebab utama kerusakan. Limbah dengan tingkat pH yang mencapai batas yang tidak wajar mengalir melalui irigasi, lantas mencemari air yang mengalir di lahan pertanian.
Dampak yang paling terlihat adalah pada tanaman padi yang tumbuh di lahan tersebut. Batang padi yang sebelumnya subur dan hijau kini mengalami perubahan drastis. Warna hitam yang mencolok melanda batang padi. Pertumbuhan padi yang sehat dan subur tergantikan oleh pemandangan yang menyedihkan dari tanaman yang mati.
Kondisi ini tidak hanya merugikan para petani secara ekonomi, tetapi juga menciptakan ketidakpastian terhadap ketersediaan pangan dan kehidupan masyarakat lokal. Tanah yang tercemar dapat mengurangi produktivitas lahan pertanian, mengancam keberlangsungan lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hasil pertanian.
Belajar dari Kasus di Atas…
Kasus di atas bukanlah satu-satunya. Ada banyak kejadian serupa yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Kita bisa melihat bahwa tidak adanya komitmen terhadap pengelolaan limbah dan emisi karbon ini bukan hanya merugikan lingkungan tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, pentingnya pengelolaan limbah dan emisi karbon yang efektif menjadi semakin jelas. Kasus ini menunjukkan bahwa tanpa perhatian yang memadai terhadap prinsip-prinsip ESG. Sebuah perusahaan dapat menjadi penyebab langsung dari permasalahan lingkungan yang dapat merugikan masyarakat.
Apa sih Konsep ESG itu?
ESG mewakili tiga pilar utama yang perusahaan harus perhatikan: lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola perusahaan (governance).
Lingkungan mencakup bagaimana perusahaan berkontribusi terhadap kelestarian alam dan bagaimana dampak operasionalnya terhadap ekosistem.
Sosial berkaitan dengan cara perusahaan berinteraksi dengan masyarakat, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya. Sementara tata kelola perusahaan menyoroti praktik manajemen yang bertanggung jawab dan transparan.
BACA JUGA: Mengulik Energi Terbarukan yang Sedang Ramai Diperbincangkan
Mengapa ESG Penting Bagi Perusahaan?
Perusahaan yang memperhatikan ESG bukan hanya menciptakan dampak positif pada lingkungan dan masyarakat, tetapi juga dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka.
Investor dan konsumen semakin menyadari pentingnya tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan mereka. Oleh karena itu, perusahaan yang fokus pada ESG cenderung memiliki daya tarik lebih besar bagi investor yang mencari investasi jangka panjang yang berkelanjutan.
Namun, di tengah ambisi untuk menerapkan ESG, banyak perusahaan mengalami kesulitan. Ada sebuah penelitian terhadap laporan sustainability 50 perusahaan terbesar di Asia-Pasifik pada 2020 dan 2021 mengungkapkan sebuah fakta yang mencengangkan. Pasalnya, kurang dari satu dari lima perusahaan yang mampu menerapkan ESG secara efektif dengan gaji para eksekutif tertinggi.
Selain itu, laporan oleh PwC Singapura dan Centre for Governance and Sustainability di National University of Singapore menunjukkan dari 650 perusahaan yang diteliti, sebanyak 84% dari mereka mengatakan bahwa mereka tahu perubahan iklim adalah masalah yang penting untuk diperhatikan. Tapi, hanya 41% dari perusahaan tersebut yang memberitahu tentang rencana atau peluang yang mereka punya untuk menghadapi masalah iklim ini, dan seberapa baik mereka mencapai tujuan tersebut. Bahkan, hanya 36% yang memberitahu cara mereka menangani risiko terkait iklim dalam semua rencana dan tindakan mereka.
Di sejumlah negara termasuk Vietnam, Filipina, Indonesia, India, dan Malaysia, kurang dari 10 persen perusahaan melakukan hal serupa. Laporan tersebut menekankan pentingnya perusahaan mengungkapkan tanggung jawab dewan direksi terkait isu keberlanjutan dan mendirikan struktur ESG untuk pengawasan dan tanggung jawab yang baik.
Meskipun beberapa perusahaan mengungkapkan target keberlanjutan mereka, laporan tersebut menyatakan masih ada peluang dalam meningkatkan tata kelola dan akuntabilitas kepemimpinan di wilayah tersebut.
Lantas, apa saja kendala perusahaan sulit menerapkan ESG?
Tantangan ESG di Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah, menghadapi dilema antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Banyak perusahaan di Indonesia beroperasi di sektor-sektor yang memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, seperti pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Tantangan utama adalah bagaimana perusahaan-perusahaan ini dapat mengubah praktik bisnis mereka untuk lebih berkelanjutan tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Jay K. Rosengard, Adjunct Lecturer in Public Policy Harvard Kennedy School, penerapan aspek ESG oleh perusahaan menghadapi dua masalah utama yang perlu perhatian.
1. Tantangan Pengukuran Dampak ESG
Implementasi ESG dihadapkan pada kesulitan dalam mengukur dampaknya secara akurat. Manipulasi data dan greenwashing ESG (memberikan klaim palsu terkait sustainable) adalah masalah yang serius.
Meskipun suatu perusahaan memberikan kesan atau citra bahwa mereka beroperasi secara ramah lingkungan, sulit untuk memastikan bahwa kebijakan yang dilakukan sesuai dengan klaim tersebut. Inilah yang menyebabkan timbulnya ketidakpercayaan dari masyarakat terkait konsep ESG ini.
2. Konflik Internal dalam ESG
Tantangan lain yang dihadapi dalam implementasi ESG adalah konflik internal antara faktor-faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. Jadi, kebijakan yang baik untuk lingkungan mungkin memiliki dampak negatif pada aspek sosial.
Contohnya, menutup tambang batu bara dapat meningkatkan keberlanjutan lingkungan, tetapi sekaligus dapat merugikan pekerja tambang. Karena mereka akan kehilangan pekerjaan.
Ini mungkin menciptakan dilema di mana tindakan yang baik untuk satu aspek ESG dapat bertentangan dengan aspek lainnya. Oleh karena itu, mencari keseimbangan dan memahami implikasi dari kebijakan ESG menjadi tantangan yang harus perusahaan hadapi.
BRI Sebagai ESG Initiative di Indonesia
Rosengard mengatakan bahwa Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) adalah contoh bagus dalam menerapkan prinsip ESG. BRI telah menjadi pelopor dalam Sustainable Banking di Indonesia sejak tahun 2015.
Sekarang ini, BRI terus menegaskan komitmennya terhadap penerapan ESG dengan mendirikan divisi khusus ESG. Divisi ini memiliki tanggung jawab menyusun perencanaan strategis, perencanaan operasional, serta prosedur untuk monitoring, pengukuran, dan pelaporan implementasi ESG.
Bahkan, BRI telah menerbitkan sustainability bond pada tahun 2019. Kini, BRI sudah punya kemampuan untuk menghitung emisi gas rumah kaca dalam operasional perusahaan. Tentu saja, ini penting untuk memahami seberapa besar emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan. Sebab, untuk mencapai target net zero, perlu diketahui berapa banyak emisi yang dihasilkan dan sejauh mana upaya penghematan yang telah dilakukan.
Strategi BRI dalam Mengimplementasikan ESG
Di tengah kompleksitas tantangan ESG di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah menjadi pelopor dalam menerapkan inisiatif ESG. BRI, sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, menyadari bahwa keberlanjutan bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga peluang.
Ada dua strategi yang diungkapkan Direktur BRI, Sunarso dalam dialog Financial Inclusion Talks di CNBC pada 24 Oktober 2022 lalu.
1. Role Modeling sebagai Strategi Komunikasi ESG
BRI telah menyusun roadmap ESG. Roadmap ini sangat penting dalam memandu implementasi keberlanjutan. Tetapi tantangan utamanya adalah memastikan pemahaman masyarakat terhadap konsep ESG ini. Oleh karena itu, strategi komunikasi menjadi langkah awal yang krusial, dan pendekatan Role Modeling dianggap sebagai cara yang paling efektif.
Kenapa menggunakan pedekatan Role Modeling? Lebih dari sekadar bercerita, pendekatan ini memberikan contoh konkret. Sehingga BRI dapat menjadi teladan dalam praktik keberlanjutan lingkungan.
BRI mengakui bahwa membangun pemahaman masyarakat terkait ESG melibatkan tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga sebaiknya menunjukkan tindakan nyata melalui role modeling.
2. Pilar-Pilar Strategi Roadmap ESG BRI
BRI telah merumuskan Roadmap ESG dengan fokus pada tiga pilar strategi yang saling terkait.
Pertama, dalam aspek Environmental, BRI mengarah pada penanganan perubahan iklim dengan menetapkan target net zero emission yang mendukung visi Indonesia. Metodologi untuk mengukur seberapa efektif aktivitas BRI dalam menyerap dan menahan emisi karbon menjadi bagian penting. Namun tantangannya adalah mendefinisikan metodologi yang dapat dipercayai oleh berbagai pihak, mengingat perbedaan pendekatan dari kelompok-kelompok yang berbeda.
Kedua, dalam aspek Sosial, BRI menerapkan inisiatif pemberdayaan masyarakat, menjadi bentuk konkrit dari komitmen ESG.
Ketiga, dalam aspek Governance, BRI memperkuat tata kelola perusahaan untuk memenuhi standar internasional. Ini sejalan dengan visi BRI untuk menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion.
Roadmap ESG BRI tidak hanya mencakup dimensi lingkungan, tetapi juga mencerminkan komitmen pada aspek sosial dan tata kelola yang kuat.
Peran BRI dalam Konsep ESG
Setelah memahami strategi apa saja yang BRI lakukan, Anda mungkin bertanya-tanya, apa saja sih tindakan nyata yang selama ini BRI sudah lakukan?
Nah, berikut ini beberapa di antaranya:
1. Program BRI Menanam
BRI menginisiasi program BRI Menanam sejak tahun 2022. BRI menyalurkan sebanyak 1,75 juta bibit pohon hingga tahun 2023. Khususnya diberikan kepada nasabah yang telah mengambil pinjaman, terutama para peminjam Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyaluran bibit pohon ini dilaksanakan melalui 799 unit BRI, 236 Kantor Cabang, dan 17 Kantor Regional BRI yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Perincian dari program BRI Menanam ini mencakup distribusi besar-besaran bibit pohon kepada para nasabah yang telah mendapatkan pinjaman dari bank, dengan fokus utama pada para peminjam KUR. Proyeksi ini menunjukkan bahwa penyerapan emisi karbon dari bibit pohon ini dapat mencapai angka yang mengesankan, yaitu sekitar 108.065 ton CO2 pada tahun kelima program ini berlangsung.
Perhitungan ini didasarkan pada proyeksi dan asumsi yang cermat terkait daya serap CO2 dari pohon produktif yang dibagikan dan ditanam melalui program BRI Menanam. Proses perhitungan juga mempertimbangkan potensi mortalitas dari bibit pohon yang tersalurkan. Hal ini menunjukkan pendekatan yang holistik dalam mengevaluasi dampak positif program penanaman pohon ini terhadap lingkungan.
Rosengard juga bilang bahwa program menanam pohon BRI tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tetapi juga menciptakan dampak positif pada lingkungan dengan berkontribusi pada dekarbonisasi.
Oleh karena itu, BRI adalah contoh nyata bagaimana perusahaan dapat mengatasi tantangan pengukuran dan menghindari dampak negatif sambil tetap menjaga integritas prinsip ESG.
2. BRI Ikut Aktif dalam Penyelenggaraan Bursa Karbon
BRI tidak hanya membatasi komitmennya pada kebijakan internal, tetapi juga turut serta secara aktif dalam mendukung penyelenggaraan bursa karbon yang diinisiasi oleh Pemerintah pada 26 September 2023 lalu. Partisipasi ini mencerminkan tekad BRI dalam mendukung target pencegahan dampak perubahan iklim, sejalan dengan komitmen yang diungkapkan dalam enhanced-NDC Indonesia.
Enhanced-NDC Indonesia atau NDC, menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Peran aktif BRI dalam bursa karbon mencerminkan kesesuaian dan dukungan penuh terhadap inisiatif pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan ini.
Nah, mengapa bursa karbon penting bagi keberlanjutan? Bursa karbon menjadi instrumen vital dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Melalui bursa karbon, perusahaan dapat membeli dan menjual izin emisi karbon, sehingga menciptakan insentif ekonomi untuk mengurangi emisi. Dengan berpartisipasi dalam penyelenggaraan bursa karbon, BRI memberikan kontribusi langsung terhadap pembentukan ekosistem yang mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon.
Partisipasi BRI dalam bursa karbon tidak hanya memberikan manfaat bagi keberlanjutan perusahaan, tetapi juga menciptakan dampak positif pada ekosistem bisnis dan masyarakat. Dengan menciptakan pasar karbon yang efisien, BRI turut mendukung pertumbuhan sektor-sektor berkelanjutan, mendorong inovasi, dan menciptakan lapangan kerja baru dalam ekonomi berbasis rendah karbon.
3. Dukungan Finansial ke Sektor Hijau
Dalam mendukung keberlanjutan, BRI tidak hanya memusatkan perhatiannya pada aspek keuangan konvensional, melainkan juga secara aktif mendukung inisiatif keberlanjutan dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor hijau.
Ini sejalan dengan ketentuan yang diuraikan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 51 tahun 2017, yang membahas pelaksanaan keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik.
Menurut peraturan tersebut, lembaga jasa keuangan, termasuk BRI, memiliki kewajiban untuk mengintegrasikan praktik keuangan berkelanjutan dalam operasional mereka. Hal ini mencakup penyusunan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB), penyusunan Laporan Berkelanjutan, dan alokasi dana untuk menjalankan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
Sejauh Juni 2023, BRI telah menunjukkan komitmennya dengan menyalurkan kredit senilai mencapai Rp79,4 triliun untuk mendukung Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL).
Pembiayaan yang diberikan oleh BRI tidak hanya menjadi sarana untuk memberikan dukungan finansial, tetapi juga menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor yang berfokus pada keberlanjutan. KUBL menjadi fokus utama, mencakup berbagai kegiatan yang mendukung dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip lingkungan hidup.
Dengan kredit senilai yang disebutkan, BRI secara efektif telah memainkan peran dalam memberdayakan proyek-proyek yang berorientasi pada keberlanjutan. Termasuk investasi dalam energi terbarukan, praktik pertanian berkelanjutan, dan proyek-proyek hijau lainnya. Inilah yang kemudian menciptakan dampak positif tidak hanya dari segi lingkungan tetapi juga dalam mendukung keberlanjutan ekonomi.
Ini juga memberikan contoh kepada sektor keuangan lainnya tentang pentingnya memainkan peran aktif dalam mencapai tujuan keberlanjutan.
4. Pendekatan Literasi
Selain memberikan dukungan finansial, BRI juga mengambil pendekatan holistik dengan mendorong keterlibatan (engagement) aktif dengan nasabah di dalam portofolio pinjaman dan investasinya. Langkah ini mencakup dukungan terhadap manajemen emisi dan melibatkan nasabah dalam partisipasi dalam bursa karbon. Dengan menggandeng nasabahnya dalam upaya ini, BRI tidak hanya berperan sebagai penyedia dana tetapi juga sebagai mitra aktif dalam mencapai tujuan keberlanjutan.
BRI menyadari bahwa keberlanjutan tidak hanya terkait dengan aspek finansial semata, melainkan juga melibatkan aspek pendidikan dan pemahaman (literasi). Oleh karena itu, bank ini meyakini bahwa literasi merupakan tanggung jawab bersama yang perlu diterapkan kepada berbagai pihak, termasuk pekerja di dalam perusahaan, nasabah, dan masyarakat umum.
Pendekatan ini mencakup berbagai kegiatan literasi, yang melibatkan peningkatan pemahaman mengenai isu-isu keberlanjutan, manfaat partisipasi dalam upaya mengelola emisi karbon, dan pentingnya dukungan terhadap bursa karbon. BRI berkomitmen untuk tidak hanya menjadi lembaga keuangan yang memberikan layanan, tetapi juga sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang dapat memberdayakan masyarakat.
Visi BRI terhadap literasi ini terkait erat dengan target jangka panjangnya, yaitu mencapai keberlanjutan pada tahun 2060. Bank ini percaya bahwa upaya kolektif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, BRI menganggap literasi bukan hanya sebagai inisiatif tambahan, tetapi sebagai elemen kunci dalam membangun kesadaran dan komitmen terhadap keberlanjutan di seluruh spektrum masyarakat.
BACA JUGA: Kejahatan Siber Merajalela, Betapa Pentingnya Menjadi Nasabah Bijak
Penutup
Melalui langkah-langkah ini, BRI membuktikan bahwa menerapkan ESG bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga strategi yang cerdas. BRI juga telah menjadi Pahlawan UMKM dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ESG dalam semua lapisan operasionalnya, termasuk mendukung pertumbuhan usaha kecil dan menengah.
Dalam transformasinya, BRI menunjukkan keunggulan Digitalisasi BRI yang memudahkan akses keuangan dan mendukung inklusivitas. BRI memberikan contoh bahwa perusahaan di Indonesia dapat bertransformasi menjadi agen perubahan yang berdampak positif pada lingkungan dan masyarakat, sambil tetap menjaga keseimbangan dengan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai inspirasi bagi perusahaan lain, langkah-langkah BRI menunjukkan bahwa perusahaan kesulitan terapkan ESG dapat diatasi dengan komitmen yang kuat dan inovasi. Oleh karena itu, BRI Untuk Indonesia bukan hanya menjadi semboyan, tetapi juga cerminan nyata bagaimana perusahaan dapat berkontribusi pada masa depan yang berkelanjutan bagi seluruh sektor dan masyarakat.
Referensi:
https://www.esgi.ai/apa-itu-esg/
https://unfccc.int/sites/default/files/NDC/2022-09/23.09.2022_Enhanced%20NDC%20Indonesia.pdf
Keren ya BRi sudah menerapkan ESG.
Masih belum ngerti dengan jual beli izin emisi bursa karbon. Itu gimana ya mbak? 🤭
ini semacam kegiatan jual beli izin emisi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kak. Jadi, pada dasarnya, perusahaan yang berhasil mengurangi emisi di bawah targetnya bisa menjual sisa kuota izin emisi ( emisi yang gak digunakan) kepada perusahaan lain yang mungkin melebihi batas emisinya. Nah, bursa karbon ini adalah market-nya atau tempat di mana transaksi ini terjadi. Jadi, konsepnya adalah memberikan insentif kepada perusahaan untuk mengurangi emisi mereka dan memberikan peluang bagi perusahaan lain untuk memenuhi kewajiban emisi mereka melalui pembelian izin. Gitu,kak…
Wah cakep banget konsep ESG ini yaa..
Dan aku penasaran banget, kenapa justru BRI yang notabene adalah sebuah bank yang diberi kepercayaan negara sebagai ESG Initiative di Indonesia?
Apakah Indonesia gak punya lembaga khusus lingkungan?
HUhu… maaf jadi reply di sini. Karena aku seneng banget dari bahasa pertama mengenai emisi bursa karbon.
Di usia BRI yang sudah lebih dari 100 tahun pantas sekali bank rakyat Indonesia ini naik level dengan segala pencapaiannya yang luar biasa, termasuk dalam menerapkan ESG dalam menjalankan roda bisnis perbankannya agar kemanfaatannya tidak hanya dirasakan nasabah tetapi juga seluruh Indonesia
Weih, sebagai nasabah setia BRI saya bangga baca ini. Ternyata sekeren ini ya BRI. Sejarah panjangnya menarik, visi misi ke depannya juga bagus. Responsif dg situasi zaman terkini.
Betul sekali ya Kak, BRI memang sudah tersohor dgn keuangan dan bank. Jika mengusung lingkunga, perannya semakin baik dari hari ke hari.
BRI gak hanya bank rakyat, tapi juga peduli lingkungan dan kelestarian alam ya
Sebagai nasabah BRI dari orok hingga empat turunan sampai sekarang, beneran saya bangga banget deh jadinya
Sangat menginspirasi emang BRI, dari dulu jadi nasabah setia dan BRI tidak pernah mengecewakan. Btw aku baru tau ESG di artikel ini, terima kasih sudah berbagi ulasannya.
pernah mempelajari ESG ini dlu dan implementasinya di Indonesia emang rada kompleks, ditambah dengan praktik yg gak sesuai sm harusnya. Jempot buat perusahaan2 yg terus komit buat menerapkan ESG dgan segala tantangannya!
Wow salut deh bacanya. Ternyata sekeren ini kiprah BRI demi lingkungan yang nyaman dan bersih dari emisi karbon. Gak nyangka, perbankan punya konsep sekeren ini. Semoga perusahaan-perusahaan lain bisa bergerak seperti ini juga
BRI memang harus menjadi contoh perusahaan yang mengusung ESG, bagaimana perusahaan swasta akan menerapkan ESG kalo dari pihak BUMN nya saja tidak?
Sejauh ini langkah BRI sudah tepat.
sustainability atau keberlangsungan ini memang sudah mendesak ditengah dampak pemanasan global dan kerusakan lingkungan. Menarik sekali BRI sebagai perusahaan yang bergerak di sektor keuangan sangat konsern untuk isu ini.
aku suka sama pendekatan literasi yang dimiliki oleh BRI. Nasabah jadi bisa memperoleh informasi keuangan dengan lugas dan lebih akurat. Lanjutkan terus ya
Wah keren nih BRI sudah menerapkan ESG! Semoga menjadi inspirasi untuk perusahaan-perusahaan lainnya..
Wah boleh banget ditiru ya, apalagi BRI ini sudah sangat berpengalaman
Salut deh sama perusahaan gede yang peduli terhadap lingkungan gini. Bisnis tetap jalan, tapi tetap mengusahakan agar tetap memenuhi prinsip ESG dengan mensupport dan meyalurkan pembiayaan ke sektor hijau
Mbak, ini tulisan untuk lomba blog BRI-kah? Keren tulisan dan sudut pandangnya. Aku yang nasabah BRI aja baru tahu kalau perusahaan ini menerapkan sustainability.
Cukup unik, membahas sisi lain dari sektor perbankan. Kepedulian bank BRI terhadap lingkungan ini perlu mendapat apresiasi dan sebagai contoh bagi perusahaan lain, untuk melakukan hal yang sama.
Sudah selayaknya semua perusahaan menerapkan ESG ini ya kak. Mengingat kekayaan Indonesia ini sangat beragam. Ketika semua perusahaan punya nilai-nilai lingkungan. Maka ekonomi yang berjalan bukanlah ekonomi yang merusak lingkungan.
baru tau dengan istilah ESG dan dijelaskan secara lengkap disini makasih kak informasinya
Bursa karbon ke depannya akan menjadi pasar jual beli yang memiliki prospek cerah. Dengan harga yang semakin meningkat seiring perkembangan industri.
Emang lingkungan hidup merupakan hal terpenting untuk dijaga bersama. Perusahaan harus bertanggungjawab terhadap lingkungan. Melihat bank BRI yang aktif sebagai pelopor ESG ini menjadikan saya sadar bahwa sebenarnya siapa pun bertanggungjawab terhadap lingkungan di sekitarnya.
Konsep ESG Iniative yang diterapkan BRI ini memang bagus. Sebagai bank pemerintah, bisa jadi contoh dan teladan buat perusahaan swasta untuk menerapkan hal sama.
Wah keren banget. Aku kira BRI cuma memperhatikan aspek ekonomi dan usaha aja yang utama. Ternyata BRI juga punya langkah konkret yang mendukung penerapan ESG di Indonesia. Salut deh.. Semoga setelah ini semakin banyak masyarakat yang teredukasi tentang hal ini ya kak. Teredukasi dan sadar, hehe. Karena emang tujuan gerakan ini gak bisa terwujud kalo nggak kerjasama dengan semua pihak di masyarakat..
namanya perjalanan kehidupan pasti ada tantangannya, tapi dengan strategi yang oke seperti BRI bisa yuk menerapkan ESG ini
Ternyata BRI sekeren ini, makin salut aja. Peduli lingkungan itu memang penting, makasih tulisannya kak
Mari kita jaga lingkungan sekitar kita untuk kehidupan yang lebih baik. Kalau bukan kita, siapa lagi yang bertanggungjawab.
Hampir setiap perusahaan kini menerapkan ESG, BRI misalnya. Tujuannya sangat bagus, dimana sekarang ini Indonesia sedang banyak pembangunan sehingga banyak orang yang sudah lupa pepohonan yang penting untuk menyerap polusi
Bangga sekali dengan BRI karena banyak konsent pada permasalahan lingkungan dan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak program ESG ini sangat bagus sekali, semoga alam Indonesia makin membaik.
semakin terkagum-kagum nih dengan BRI, wajar ya bisa bertahan hingga 128 tahun, inovasi dan karya nyaratnya sudah banyak dinikmati masyarakat, banyak yang terbantu dengan program-programnya
Program-program BRI ini bagus-bagus, ya. Ada BRI menanam, aktif dalam penyelenggaraan bursa karbon, dukungan ke sektor hijau, dan pendekatan literasi.
Nah, udah seharusnya perusahaan itu menerapkan ESG atau sustainable bisnis. Mereka punya dampak yang besar buat lingkungan sekitar
wah baru tahu nih komitmen BRI dalam menerapkan ESG ini di berbagai lini bisnisnya. kalau dari segi perbankannya gimana penerapan ESG ini ya kak?