Refleksi Akhir Tahun: Struggle

Waktu berlalu begitu cepat. Tinggal menghitung hari, kita sudah dipertemukan dengan tahun 2020. Beberapa dari kisah perjalanan hidupku di sepanjang tahun 2019 ini kadangkala membosankan, memilukan, menyedihkan, dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya. Tapi manusia seringkali lebih focus pada hal-hal buruk yang terjadi pada dirinya hingga lupa mengapresiasi hal-hal baik yang sesungguhnya lebih banyak terjadi dalam hidup.

Jika ingin merangkum perasaan yang kualami sepanjang tahun ini hanya ada satu kata untuk mewakilinya ialah “struggle”. Memperjuangkan masa depan yang masih menjadi tanda tanya besar akan berwujud seperti apa. Kita tidak dapat mengontrol hal-hal yang kita inginkan, sebab seringkali sesuatu terjadi di luar kendali kita.  

I have a dream. Setiap orang yang memikirkan masa depan pasti mempunyai mimpi. Dan mimpi itu tidak akan pernah bisa terwujud apabila kita tidak melakukan apa-apa.

Mimpiku kadang terdengar tidak masuk akal oleh diriku sendiri. Tidak masuk akal bagi orang tua ku bahkan. Mungkin bagi teman-temanku juga. Tapi beruntungnya, mereka tidak pernah membuatku merasa down atau bahkan membuatnya tidak mungkin untuk diraih. Hanya aku saja yang kadang merasa ragu untuk mewujudkannya.

Aku bercita-cita ingin berkuliah magister di Belanda. Telah kutelusuri beasiswa-beasiswa luar negeri. Mencari kampus dan jurusan yang suitable dengan skill and capability aku selama ini. Membaca dan mendengar pengalaman para alumni dari Indonesia yang mendapatkan scholarship ke luar negeri. Ada yang belajar di Australia, Jerman, Inggris, Belanda, Jepang, dan masih banyak lagi. Berbagai latar belakang yang berbeda. Membuatku percaya tak ada yang mustahil bagi yang benar-benar mau berusaha.

Tahun 2019 memang menjadi tahun untuk starting my dream. Aku mulai belajar bahasa inggris dengan sungguh-sungguh. Bahasa inggris adalah syarat nomor satu dan itulah kelemahanku. Di pertengahan tahun aku belajar bahasa inggris secara otodidak. Sungguh, cobaannya banyak sekali. Sometime I feel out of focus to study. Jikalau sudah mager parah, sama sekali tak kusentuh buku-buku itu. Pernah mengalami stuck, tentu saja. Hampir sebulan nggak pernah belajar di samping karena kesibukan pekerjaan, juga karena motivasiku hilang saat itu.

I used to find the way to study well. I tried to join some online courses on facebook seperti sekolah TOEFL dan speak up challange agar dapat membantuku konsisten dan disiplin dalam belajar. It helped enough. Even though tidak cukup efektif untuk lingkungan belajar saya.

Akhirnya saya memutuskan untuk belajar di kampung inggris. And I’m here now hingga bulan februari 2020 mendatang. Belajar di kampung inggris membuat English skill saya meningkat signifikan. and I will increase my English skill until fluent. That’s why saya masih butuh beberapa waktu lagi berada di sini. Beruntungnya, selama saya di sini, pimpinan kantor mengizinkan untuk tetap bekerja di sela-sela rehatku dalam belajar. Mengedit tulisan reporter yang masuk ke email dan mempublikasikannya di website. Pekerjaan ini tidak membuatku terbebani sama sekali.

Mempertahankan mimpi yang besar tidak semudah yang kubayangkan. Keinginanku melanjutkan kuliah masih ada, tapi semangatku kuliah ke luar negeri mulai memudar. Ini memang membingungkan. Godaan selalu datang darimana saja. Godaan ingin menikah, misalnya.

November lalu, aku berulang tahun yang ke 24. Teman-temanku kompak memberi ucapan dan doa di media sosial. Lalu aku meminta kado. Tapi mereka bilang, di umur yang sudah berkepala dua ini, yang berharga bagiku bukan lagi hadiah yang dibungkus dengan kado, melainkan seorang lelaki yang bisa membimbingku ke arah yang lebih baik. aku sudah seharusnya punya pasangan, menikah, dan punya anak, katanya.

Semua yang dikatakan teman-temanku tidak ada yang salah. Aku tidak pernah ingin menampik ajakan untuk menikah jika benar-benar ada lelaki yang tulus datang kepada Ayahku. I want to get married too. Aku hanya tidak mengerti mengapa laki-laki harus minder untuk menikah dengan perempuan yang sudah S2 atau status yang lebih tinggi darinya. Tolong berikan aku penjelasan. Dan oh ya, aku siap dilamar kapan saja.xixi

Di samping semua itu, aku bersyukur bahwa sepanjang tahun ini semua berjalan dengan baik. Boleh dibilang planningku di tahun ini sebagian besar terlaksana—meski tidak semua. Salah satunya bisa belajar di kampung inggris yang daridulu aku inginkan. Dan yang paling utama adalah Tuhan tak pernah meninggalkanku sedikitpun. Aku terkadang sering mengabaikannya, hanya datang disaat aku benar-benar membutuhkannya. Ah, dasar aku. Manusia yang tidak tahu malu. Terima kasih Tuhan telah memberiku kesempatan dan menemaniku berjuang sampai detik ini. Menemani rasa sakit hatiku hingga proses healing yang butuh waktu yang sangat lama.

Beberapa teman-teman yang datang dan pergi silih berganti dalam suka maupun duka. Hanya yang benar-benar setia yang memilih untuk tetap tinggal. Aku berterima kasih kepada mereka yang mendukung segala keputusanku, memarahiku jika aku berbuat salah, dan yang selalu mengajakku kepada kebaikan. Harus kau tahu bahwa kehadiran kalian sangat berarti bagiku. Jadi tolong jangan pernah pergi apapun yang terjadi.

Tahun ini juga menjadi tahun paling bimbang dalam hidupku. Bimbang dalam memutuskan hal yang paling besar dalam perjalanan karirku, pekerjaanku. Awal tahun 2019 aku memilih resign dari kantor berita yang berpusat di kota dan pindah ke kantor berita yang namanya tidak terlalu besar. Ini pernah aku bahas sebelumnya di postingan blog beberapa waktu lalu. Yah dengan penuh pertimbangan meski banyak orang yang menyayangkan. Salah satu tujuanku adalah ingin lebih focus sekolah tinggi-tinggi. And I enjoy with them.

Resolusi di tahun depan tentu saja, mendaftar kuliah S2 dengan beasiswa tentunya. Keinginanku kuliah di Belanda masih terngiang di kepala. Kalau Tuhan gak ngasih kesempatan di jenjang S2, kemungkinan impian itu kusimpan di jenjang S3. Lalu, aku juga ingin melanjutkan kesenangan lama, menulis buku dan membaca banyak buku. Tahun ini memang terbengkalai karena prioritasku adalah belajar bahasa inggris.

Di samping itu, aku ingin menjadi perempuan yang benar-benar mandiri dan dewasa. Banyak yang bilang aku terlihat masih kekanak-kanakan. Aku akan belajar lebih peduli pada orang lain sebab aku merasa terlalu mementingkan diri sendiri.

Oh ya, soal pasangan, aku tidak pernah berharap lebih dari apa yang Tuhan ingin berikan padaku nantinya. Aku hanya ingin kebahagiaan tercipta melalui hal-hal yang sederhana. Seorang lelaki yang mencintaiku apa adanya, menjadikanku satu-satunya wanita dalam hidupnya. Yang kulakukan saat ini hanyalah menjadi sebaik-baiknya wanita yang pantas untuk dicintai. Semoga dalam waktu dekat Tuhan segera menghadiahkannya padaku.

Terakhir, aku ingin mengapresiasi diriku sendiri karena sudah berjuang sampai sejauh ini. Aku tahu, tak sedikit orang lebih memilih untuk menyerah, melakukan hal-hal buruk atas penderitaan yang menimpanya atau bahkan melakukan bunuh diri. Aku hanya ingin bilang pada diriku sendiri, “hei, kamu hebat! Aku bangga padamu.”

Dari semua proses yang kujalani saat ini, aku lebih banyak belajar untuk bisa mencintai diriku sendiri. Rasanya, mencintai diri sendiri adalah banteng terkuatku saat ini. Thank you. I love my self. 🙂

Surabaya, 28 Desember 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *