Meski dibuat sakit kepala dengan tingkah laku anak-anak di Sekolah Dasar pagi itu, saya kukuh ingin menonton film. Aktivitas tiap akhir pekan yang kutunggu-tunggu akhirnya kunikmati. Setelah tentunya berkutat pada hari-hari biasa dengan tugas akhir terngiang di kepala: skripsi.
Lupakan tentang skripsi di akhir pekan. Sabtu ini, sebuah film usai kutamatkan. Setelah berbulan-bulan tak berhasil menonton film Hollywood, saya akhirnya membuat jadwal rutin di setiap Sabtu. Setelah mengajar di Sekolah Dasar, kulanjutkan dengan menonton film dengan syarat mengulas film tersebut di blog. Di suatu waktu saya mendownload film-film Hollywood yang rilis tiga tahun belakangan ini.
Setiap film, drama atau sekuel yang kutonton punya kesan tersendiri. Punya banyak nilai yang bisa dipetik. Tentu saja, sutradara film tidak akan melewatkan hal itu. Adalah menjadi daya tarik jika nilai cerita dibalut dengan adegan romantic sang aktor.
Film La La Land (2016) menjadi target santapan hari ini. Adegan menari-nari di tengah kemacetan Los Angeles menjadi pembuka yang manis. Cukup membuat saya tersenyum. Semacam ada kerinduan dengan menonton film Hollywood bergenre musical. Saya terkesan dengan tarian dan juga musiknya. Sudah sangat lama sejak drama korea memenuhi batok kepalaku.
Ini tentang kisah dua insan yang sedang berjuang meraih mimpi. Mia (Emma Stone) seorang barista di Warner Bros Studio yang bermimpi menjadi aktris seperti bibinya dan Sebastian (Ryan Gosling) seorang pianis yang ingin kembali menghidupkan musik jazz dan membuat kelab jazz-nya sendiri.
Adegan mereka berdua berhasil membuat saya terpanah karena chemistry yang dibangun. Di awal cerita, setiap kita pasti akan menebak akhir film yang ditonton. Tebakanku kali ini meleset. Saya pikir, Mia dan Sebastian akan menjadi pasangan bahagia hingga cerita berakhir. Mereka akan meraih mimpi masing-masing, lalu menikah, memiliki anak dan menjalani kehidupan bahagia setelah itu.
Tapi Damien Chazelle, sang sutradara film seakan menipu penonton. Membuat saya tertahan selama beberapa detik dari momen shocking. Tak terjadi hal yang seperti itu dalam kehidupan mereka. Mia menikah dengan pria lain dan berbahagia. Sebastian bahagia dengan karir musiknya. Saya pun turut berbahagia menontonnya.
Tapi kemudian yang muncul dalam benak saya dan mungkin juga dibenak orang-orang yang menonton film ini. Chazelle tak menerangkan apa yang terjadi mengapa hubungan mereka kandas begitu saja. Padahal menurutku, mereka sangat cocok untuk bersama. Bahkan Mia jatuh cinta dengan musik Jazz berkat Sebastian. “People love what other people are passionate about.”
Memang, tak semua kisah dapat berakhir bahagia. Nyaris tak ada kisah. Kecuali kau dapatkan itu di negeri dongeng. Jika saya sebagai Chazelle, barangkali cerita penutup film itu tak kubuat seperti dugaan orang-orang kebanyakan: happy ending. Meskipun Sebastian dan Mia tidak bersama, Chazelle tetap membuat penonton merasa puas. Ceritanya ditutup dengan begitu apik.
Dapat dilihat di detik-detik terakhir film ini. Saat Mia akhirnya menjadi seorang aktris dan Sebastian berhasil membuat jazz club-nya sendiri. Di akhir cerita, Mia bersama dengan suaminya tak sengaja berkunjung ke kelab mantan kekasihnya itu. Melalui musik jazz yang dimainkan Sebastian, kenangan seakan berputar kembali. Mia dan Sebastian kini hanyalah sepasang kekasih masa lalu yang telah ikhlas menerima takdir masing-masing.
Belakangan kuketahui, film ini ternyata telah sukses memenangkan salah satu ajang bergengsi Golden Globes dan BAFTA 2017 sebagai film terbaik. Mulai dari unsur musiknya yang ciamik dan variatif, performance akting Ryan Gosling dan Emma Stone yang impresif serta komposisi audio-visual berwarna-warni memanjakan mata. Tak heran jika Chazelle pantas mendapatkannya.
Film La La Land cukup menggambarkan realita kehidupan yang nyata. Bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita miliki. Untuk meraih cinta, kita tak bisa menjadikannya sejalan dengan harapan. Seberapa besar cinta yang dimiliki, sejauh apapun pernah menjalin hubungan, jika bukan milik kita, tentu tak bisa kita miliki. Tapi satu hal, sebesar apapun impian, jika mampu berusaha dan berani menerima kegagalan, it’s not impossible. Kebahagiaan punya caranya sendiri dan film La La Land sudah membuktikannya.
“Hope and creativity are two of the most important things in the world.” Emma Stone.