K-pop sejak awal 2010-an telah menjadi gelombang budaya global yang sangat kuat. Musiknya yang catchy, koreografi memukau, visual yang nyaris sempurna, dan kolaborasi dengan musisi Korea dari berbagai negara membuat genre ini begitu mendunia.
Dilansir dari https://putarmusik.id, Weird Genius baru-baru ini mengumumkan kolaborasi musik baru bersama salah satu musisi asal Korea Selatan. Proyek ini mendapat banyak perhatian.
Lantas, apakah euforia terhadap K-pop sudah mulai meredup?
Pasar yang Jenuh dengan Konsep Seragam
Salah satu alasan utama kenapa minat terhadap K-pop mulai menurun adalah kejenuhan pasar terhadap konsep yang itu-itu saja. Sebagian besar grup baru yang debut sekarang tampaknya hanya meniru formula sukses dari grup terdahulu—baik dari segi musik, gaya busana, koreografi, hingga citra yang dibangun. Hal ini membuat banyak penggemar merasa tidak ada hal baru yang ditawarkan.
Dulu, setiap debut grup baru seperti BLACKPINK, BTS, atau EXO selalu membawa warna yang segar. Namun belakangan ini, banyak debutan yang terasa seperti “fotokopi” dari grup yang sudah ada.
Meskipun secara teknis dan produksi mereka tidak kalah canggih, namun dari sisi orisinalitas dan karakter, semuanya mulai terasa generik. Ini memicu rasa bosan, terutama di kalangan penggemar yang sudah mengikuti K-pop selama bertahun-tahun.
Transisi Demografis dan Perubahan Selera
K-pop awalnya sangat digandrungi oleh remaja dan anak muda. Namun, seiring waktu, para penggemar itu tumbuh dewasa, memasuki fase kehidupan baru yang membuat mereka lebih selektif dalam mengonsumsi hiburan. Banyak yang kini lebih memilih musik dengan lirik mendalam, nuansa yang lebih personal, atau karya yang menggambarkan realita hidup mereka.
Sementara itu, generasi baru yang menjadi target K-pop saat ini juga memiliki preferensi berbeda. Mereka tumbuh di era media sosial yang sangat cepat dan visual. Ironisnya, meskipun K-pop mengandalkan visualisasi dan performa panggung yang kuat, justru banyak dari generasi muda kini lebih tertarik dengan konten yang relatable dan otentik seperti musik indie atau lagu-lagu akustik yang lebih “jujur” secara emosional.
Faktor Internal Industri Hiburan Korea
Tidak bisa dimungkiri, industri hiburan Korea sendiri sedang berada di titik kritis dalam hal manajemen artis. Banyak kontroversi seperti kasus bullying, tekanan mental, hingga eksploitasi trainee yang mulai terungkap ke publik. Hal-hal ini membuat citra K-pop yang selama ini terlihat gemerlap mulai ternoda.
Contohnya, pada tahun 2022 lalu, survei dari Korea Creative Content Agency (KOCCA) menunjukkan bahwa 45,8% responden menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi mental idol K-pop akibat tekanan industri.
Kasus-kasus tragis yang menimpa beberapa idol pun meninggalkan luka mendalam di hati para penggemar. Akibatnya, banyak dari mereka mulai merasa bersalah ketika menikmati hasil kerja keras para idol yang mereka tahu mungkin berada di bawah tekanan luar biasa.
Persaingan dari Industri Musik Global
Persaingan K-pop di panggung global juga semakin berat. Ketika sebelumnya K-pop hanya bersaing dengan musik Barat, kini hadir banyak artis Asia dari Jepang, Indonesia, bahkan India yang mampu menembus pasar internasional. Mereka membawa identitas yang kuat dan autentik, menjadikan persaingan makin ketat.
Weird Genius, misalnya, berhasil menembus pasar internasional dengan lagu “Lathi” yang menggabungkan unsur tradisional dan elektronik dengan sangat apik. Kesuksesan ini menjadi bukti bahwa musik Asia tidak harus selalu dalam format K-pop untuk bisa bersinar di panggung global. Hal ini membuat masyarakat memiliki lebih banyak pilihan untuk dijelajahi dan dinikmati.
Siklus Tren dan Alamiah Penurunan Popularitas
K-pop bukanlah genre pertama yang mengalami masa kejayaan dan kemudian pelan-pelan meredup. Seperti tren lainnya di industri hiburan, ada siklus naik dan turun yang alami. Generasi 90-an dulu begitu tergila-gila dengan boyband Barat seperti Backstreet Boys dan NSYNC. Tapi kini, mereka hanya sesekali dikenang lewat playlist nostalgia.
Hal serupa terjadi pada K-pop. Meski masih banyak yang mencintai genre ini, namun bukan hal yang aneh jika ada penurunan minat secara bertahap. Tidak semua genre bisa bertahan di puncak popularitas selamanya. Bahkan, bisa jadi saat ini K-pop sedang berada dalam fase transisi yang akan membawa perubahan besar di masa depan—baik dari segi konsep, gaya produksi, hingga pendekatan promosi yang lebih segar dan adaptif.
Pengaruh Media Sosial dan Algoritma
Media sosial yang sebelumnya menjadi alat utama K-pop dalam menjangkau penggemar global, kini juga jadi bumerang. Algoritma platform seperti TikTok dan YouTube semakin mendorong konten singkat dan viral, membuat lagu-lagu yang lebih catchy dan cepat booming lebih mudah terkenal, meski tanpa dukungan label besar.
Banyak lagu dari musisi non-K-pop kini bisa viral hanya lewat satu tren TikTok. Hal ini tentu membuat ruang promosi yang dulunya sangat dikuasai K-pop kini jadi lebih kompetitif. Bagi penggemar, munculnya banyak pilihan musik dengan berbagai warna dan gaya membuat mereka tidak lagi bergantung pada K-pop untuk mendapatkan hiburan berkualitas.
Apa Selanjutnya untuk K-Pop?
Walaupun ada tanda-tanda penurunan minat, bukan berarti K-pop akan benar-benar hilang. Justru, industri ini punya kapasitas besar untuk bertransformasi. Grup-grup baru mulai menunjukkan keberanian mengeksplorasi genre dan tema yang berbeda dari standar sebelumnya. Bahkan beberapa agensi kini lebih transparan dalam mengelola artisnya dan membuka peluang kolaborasi lintas negara yang lebih sehat dan inovatif.
K-pop mungkin sedang tidak berada di puncak euforia seperti beberapa tahun lalu, namun ini bisa menjadi momen refleksi untuk industri agar bisa berkembang secara lebih sehat dan berkelanjutan. Para penggemar juga semakin bijak dalam memilih dukungan—bukan hanya sekadar menjadi konsumen pasif, tapi ikut membangun budaya fandom yang lebih positif dan suportif.
Akhirnya, tren boleh berganti, tapi musik yang tulus dan berkualitas akan selalu punya tempat di hati siapa pun. Dan siapa tahu, beberapa tahun ke depan akan ada gelombang baru dalam dunia k-pop yang mampu menciptakan sejarah baru dalam industri hiburan global.