Beberapa tahun lalu, para peneliti lingkungan di Hawaii menemukan sesuatu yang mengejutkan. Di perairan yang seharusnya menjadi rumah bagi terumbu karang tropis, mereka justru mendapati kerusakan ekosistem yang serius. Salah satu penyebab utamanya bukan limbah industri besar, melainkan senyawa kimia dari sunscreen, khususnya oxybenzone, yang terbilas dari kulit manusia ke laut.
Penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Science Policy & Governance menyatakan bahwa oxybenzone dapat menyebabkan pemutihan karang, kerusakan DNA karang, dan bahkan kematian larva karang. Ini hanyalah satu contoh kecil dari bagaimana industri kosmetik, meskipun tampak tidak berbahaya, memiliki dampak besar terhadap lingkungan.
Sebagai perempuan yang sangat aware terkait perawatan kulit, saya mulai mempertanyakan, seberapa besar jejak yang ditinggalkan setiap produk yang saya pakai?
Nah, pertanyaan ini dijawab dalam suatu sesi diskusi pada 25 April kemarin bersama dengan #Ecobloggersquad x Arcia. Sesi online gathering tersebut, membawa saya pada konsep “sustainable beauty”, sebuah pendekatan dalam industri kecantikan yang menyeimbangkan kebutuhan estetika dengan keberlanjutan ekologis.
Jejak Lingkungan dari Produk Skincare yang Kita Pakai

Industri kosmetik global, menurut data dari Zero Waste Week, menghasilkan sekitar 120 miliar unit kemasan setiap tahunnya. Botol serum kecil, tube lip balm, hingga kemasan sheet mask, sebagian besar hanya digunakan sekali lalu dibuang.
Banyak di antaranya berbahan plastik campuran yang sulit didaur ulang, dan berakhir di tempat pembuangan akhir, atau lebih buruk lagi, mencemari laut. Mikroplastik yang berasal dari scrub wajah atau glitter dalam kosmetik juga terbukti masuk ke rantai makanan laut, berdampak pada biota dan kesehatan manusia.
Limbah bahan kimia juga tak kalah meresahkan. Saat kamu mencuci wajah atau mandi dengan sabun dan sampo berbahan sintetis, air bilasan yang mengandung zat kimia seperti paraben, sulfat, dan phthalate akan mengalir ke sungai. Senyawa ini bisa mengganggu hormon hewan air, mencemari tanah, dan bahkan terakumulasi dalam tubuh manusia.
Selain itu, proses produksi juga menyimpan banyak cerita yang jarang terdengar. Banyak bahan baku kosmetik diambil dari tanaman langka yang dibabat tanpa kontrol regeneratif, atau dari hewan dengan metode eksploitatif yang mengabaikan prinsip kesejahteraan makhluk hidup. Semua ini memperlihatkan bahwa di balik satu produk cantik yang kamu pegang, mungkin tersembunyi rantai produksi yang menyakiti bumi.
Apa Itu Produk Sustainable Beauty?

Untuk menjawab krisis ini, muncullah gerakan sustainable beauty, konsep kecantikan yang tak hanya mementingkan hasil akhir, tapi juga peduli pada proses pembuatannya.
Produk dalam kategori ini umumnya:
- Menggunakan bahan alami yang aman untuk kulit dan lingkungan,
- Menghindari senyawa kimia berbahaya dan mikroplastik,
- Dikemas dengan material yang mudah didaur ulang, bisa diisi ulang (refillable), atau berasal dari sumber terbarukan,
- Tidak melalui proses uji coba terhadap hewan (cruelty-free),
- Diproduksi dengan mempertimbangkan etika dan kesejahteraan sosial.
Salah satu contoh konkret dapat ditemukan pada brand lokal Arcia dari Kalimantan Barat. Dalam acara Online Gathering bersama komunitas Ecoblogger Squad, saya berkesempatan belajar langsung membuat produk lip balm alami dengan bahan lokal yang tidak hanya efektif, tapi juga memiliki dampak ekologis yang minim.
Formulasi Alami dari Hutan Tropis Kalimantan

Dalam sesi praktik tersebut, kami menggunakan salah satu bahan paling menarik dan autentik: mentega tengkawang atau Illipe Butter. Bahan ini berasal dari biji pohon Shorea spp. yang tumbuh di hutan-hutan tropis Kalimantan.
Proses panennya dilakukan secara tradisional oleh masyarakat lokal tanpa menebang pohonnya, hanya dengan memanfaatkan buah yang gugur. Tidak hanya membantu menjaga kelestarian hutan, kegiatan ini juga memberikan pendapatan tambahan bagi komunitas sekitar.
Mentega tengkawang memiliki tekstur lembut dan kandungan lemak tak jenuh tinggi yang sangat baik untuk melembapkan kulit.
Dalam pembuatan lip balm, bahan ini dikombinasikan dengan:
- Minyak Kelapa (11,2g): kaya akan asam laurat, berfungsi sebagai pelembap dan pelindung kulit dari bakteri serta iritasi.
- Lilin Lebah (4,9g): memberikan tekstur padat pada balm serta membentuk lapisan pelindung kulit tanpa menyumbat pori.
- Vitamin E (Tocopherol) (0,2g): sebagai antioksidan kuat yang memperlambat tanda penuaan dan memperbaiki peradangan.
- Minyak Esensial Geranium (0,1g): memberikan aroma menenangkan serta manfaat anti-inflamasi alami.
Prosedur:
- Panaskan minyak kelapa, mentega tengkawang, dan lilin lebah hingga mencapai 60-70 derajat celcius
- Masukkan vitamin E dan sweet orange ketika suhu sudah mencapai 40-50 derajat celcius.
- Tuang ke dalam kemasan yang sudah disiapkan.
Proses pembuatannya pun harus mengikuti prinsip Good Manufacturing Practice (GMP). Semua alat harus steril, bahan harus berkualitas dan tidak kadaluarsa, serta area kerja wajib bersih dan terorganisir:
- Pastikan alat-alat yang kita pakai dalam keadaan baik
- Pastikan semua bahan-bahan yang kita pakai dalam keadaan baik, tidak rusak dan tidak expired dan disimpan dalam wadah yang bagus kondisinya.
- Pastikan alat dan tempat kerja kita dalam keadaan bersih.
- Tempat area kita harus bersih dan terorganisir dengan baik, mempunyai catatan, penomoran setiap pembuatan produk.
- Pastikan alat-alat disterilisasi dengan alkohol 70%, sebelum memulai proses pembuatan.
Dengan mengikuti standar ini, meskipun produksi dilakukan di rumah, kualitas dan keamanan produk tetap terjaga.
Why Sustainable Beauty?

Mengapa harus repot-repot memilih produk berkelanjutan? Jawabannya sederhana. Karena setiap keputusan konsumen memiliki konsekuensi ekologis.
Ketika kamu memilih produk dengan kemasan refillable, kamu telah mengurangi potensi satu botol plastik masuk ke laut. Ketika kamu memakai pelembap bibir dari bahan alami, kamu telah mencegah zat sintetis berbahaya masuk ke tanah dan air.
Survei Nielsen menunjukkan bahwa 66% konsumen rela membayar lebih untuk produk dari merek yang peduli terhadap lingkungan dan sosial. Sementara itu, riset Capgemini pada 2020 menemukan bahwa 79% konsumen cenderung mengubah pilihan belanja mereka jika sebuah merek punya nilai sosial, inklusif, atau ramah lingkungan. Artinya, konsumen mulai sadar bahwa kecantikan sejati adalah yang tidak hanya baik untuk diri sendiri, tetapi juga untuk planet ini.
Brand seperti Arcia, dengan pendekatannya yang holistik, memberikan contoh nyata bahwa industri kosmetik bisa berjalan seiring dengan prinsip ekologi dan etika.
Bagaimana Cara Memilih Produk Kecantikan yang Ramah Lingkungan?

Di tengah laju informasi yang begitu cepat dan maraknya klaim “natural” maupun “eco-friendly” pada label kosmetik, tidak jarang kita merasa kebingungan membedakan mana yang benar-benar berkelanjutan dan mana yang hanya sebatas strategi pemasaran (greenwashing).
Untuk itu, penting bagi kita untuk lebih kritis dan cermat dalam memilih produk kecantikan yang benar-benar ramah lingkungan.
Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:
1. Periksa Komposisi Bahan (Ingredients List)
Produk yang ramah lingkungan umumnya menggunakan bahan aktif alami atau organik yang mudah terurai dan tidak berbahaya bagi lingkungan, seperti minyak esensial, ekstrak tumbuhan, atau lemak nabati.
Hindari produk yang mengandung paraben, phthalates, sulfat, atau mikroplastik (seperti polyethylene dalam scrub wajah).
2. Amati Kemasan dan Sistem Refill
Pilihlah produk dengan kemasan yang bisa didaur ulang, dikembalikan, atau diisi ulang (refillable). Beberapa merek lokal bahkan menyediakan program daur ulang kemasan atau diskon bagi konsumen yang membawa kembali botol kosong.
Kemasan kaca, aluminium, atau plastik daur ulang (PCR) merupakan pilihan yang lebih baik daripada plastik campuran sekali pakai.
3. Cari Sertifikasi Resmi
Label seperti Ecocert, USDA Organic, COSMOS, Leaping Bunny, atau Fair Trade dapat menjadi indikator bahwa suatu produk telah melalui proses penilaian berstandar internasional terkait keamanan, etika, dan keberlanjutan.
4. Telusuri Etika Perusahaan
Jangan ragu untuk menelusuri latar belakang brand yang kamu pilih. Apakah mereka transparan terhadap rantai pasok bahan bakunya? Apakah mereka memberdayakan komunitas lokal atau justru mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan? Merek yang memiliki misi sosial dan keberlanjutan umumnya terbuka terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini.
5. Uji Coba Produk Lokal dan DIY (Do It Yourself)
Jika memungkinkan, coba membuat produk kecantikan sendiri dari bahan alami di sekitarmu. Selain lebih hemat, kamu juga dapat mengontrol sepenuhnya apa saja yang masuk ke dalam tubuhmu, seperti lip balm berbasis mentega tengkawang yang telah saya bahas sebelumnya. Produk lokal juga biasanya memiliki jejak karbon lebih kecil karena tidak perlu melalui proses logistik global yang panjang.
Memilih produk kecantikan berkelanjutan sejatinya bukan sekadar tentang mengganti merek. Melainkan tentang membangun kesadaran baru, bahwa setiap langkah kecil kita dalam merawat diri sebaiknya juga menjadi bentuk kepedulian terhadap bumi.
Apa Goals Kita di Masa Depan?

Sustainable beauty tidak sesederhana memilih kosmetik sebagai bahan alami atau mengganti kemasan plastik menjadi kaca. Kita perlu merancang ulang seluruh ekosistem industri kecantikan dari hulu ke hilir.
Goals kita di masa depan di antaranya:
- Petani lokal diberdayakan dan dilibatkan dalam rantai pasok kosmetik,
- Brand transparan mengenai asal-usul bahan dan proses produksinya,
- Konsumen terlibat aktif dalam edukasi lingkungan,
- Inovasi teknologi digunakan untuk membuat kemasan biodegradable atau dapat dikembalikan ke sistem produksi,
- Pemerintah memberi insentif secara merata pada pelaku industri yang menjalankan praktik ramah lingkungan.
Dalam peran saya sebagai konsumen, saya menyadari bahwa saya punya suara, punya pilihan. Setiap pembelian adalah bentuk dukungan terhadap sistem yang saya percaya. Maka, jika saya bisa memilih, mengapa saya tidak memulainya dari sekarang?
Saya percaya kita bisa bangun kebiasaan itu mulai dari sekarang, tentu saja, dengan langkah-langkah kecil tapi konsisten. Memilih produk yang bertanggung jawab, mendukung brand lokal yang transparan dan beretika, serta terus belajar memahami dampak dari rutinitas kecantikan kita adalah bagian dari upaya kita untuk generasi mendatang.
Seneng banget kalau pakai produk skincare sustainable tuh. Rasanya juga lebih alami dan aman. Serta tetunya ramah lingkungan.
Keren banget ubi Brand Arcia yang mengangkat formulasi alami dari hutan tropis Kalimantan. Brand lokal yang patut kita apresiasi mengingat produknya begitu menjaga kelestarian alam dan lingkungan
Produk yang sustain itu benar-benar nggak cuma baik buat kulit tapi juga buat bumi. Dan kerennya lagi, kita bisa tahu cara buat lipbalm yang ramah lingkungan dan bisa dipakai anak atau dewasa. 😀
Ternyata banyak juga ya jejak negatif pada lingkungan yg disebabkan oleh perawatan yg kita gunakan. Tetap merawat diri dengan meminimalkan pengaruh negatif pada lingkungan benar2 hal yg baik dan perlu diperhatikan..
Baiknya perawatan tubuh yang ramah lingkungan ya kak. Senang sekali ada skincare yang ramah pada bumi
Nah benar-benar jadi peer nih buat kita agar bisa menggunakan produk skincare yg ramah lingkungan.. Dan sepertinya mesti dimulai dari kita agar tidak tercemari lingkungan, yg skrg ini banyaknya limbah plastik dari produk yg tdak ramah lingkungan..
Semoga kita bisa memulai langkah kecil yg berarti ini
Ini bener banget. Sustainable Beauty sekarang udah jadi tren, dan banyak juga kok orang yang aware, alias mau bayar leboh mahal yang penting brand itu mengusung sustainable beauty
perlahan tapi pasti, semua sektor sekarang berjalan mengarah ke susitainable ya termasuk skincare. tantangannya cukup berat, selain saingan tentunya juga kecocokan penggunaan. Tapi perlu dipertimbangkan memang jika memang kita peduli terhadap alam dan lingkungan
iya juga ya, kudu perdalam lagi brand skincare yang kita pilih itu pemasoknya dari mana. Kalau terlalu over eksploitasi SDA berarti secara tidak langsung kita pun udah turut mendukungnya juga
Keterbukaan brand kosmetik terhadap dukungan pelestarian alam dapat membuka wawasan dan menjadi bahan renungan pengguna kosmetik mana produk yang akan dipilihnya. Menjadi pemakai kosmetik yang cerdas dan bijak pun merupakan pilihan
Sejak bersama EBS, aku jadi berpikir banyak hal, termasuk pemilihan bodycare dan skincare.
Karena pastinya, apa yang kita lakukan adalah tanggungjawab kita bersama untuk kelangsungan bumi jangka panjang.
Kalau saat ini, masih tahap belajar dan seneng banget mendapatkan materi mengenai sustainable beauty bersama Arcia.