7 Cara Menentukan Break Even Point dalam Perencanaan Usaha

cara menentukan break even point

Ketika kamu sedang merencanakan sebuah usaha, ada satu hal penting yang tidak boleh terlewat: cara menentukan break even point. Tanpa perhitungan yang jelas, usaha yang kamu bangun bisa saja terus berjalan tanpa tahu kapan sebenarnya modal kembali. Dan itu cukup berbahaya bagi kelangsungan bisnis.

Break Even Point atau titik impas ini menjadi penentu apakah bisnismu benar-benar sehat secara finansial. Dari sini, kamu bisa tahu pada level penjualan berapa modal kembali, kapan mulai untung, dan bagaimana strategi yang harus dijalankan untuk mencapainya.

Artikel ini akan membahas 7 cara menentukan Break Even Point (BEP) dalam perencanaan usaha. Tidak hanya teori, tapi juga dengan penjelasan praktis dan data akurat yang bisa langsung kamu terapkan.

Pentingnya Break Even Point dalam Perencanaan Usaha

Banyak pemilik usaha yang terlalu fokus mengejar omzet tanpa tahu apakah mereka sudah mencapai BEP atau belum. Padahal, omzet besar tidak selalu berarti untung.

Break Even adalah penentu apakah usaha benar-benar sehat atau sekadar bertahan hidup. Dengan perhitungan yang tepat, kamu bisa tahu kapan modal kembali dan kapan bisnis mulai menghasilkan laba bersih.

Itulah kenapa perhitungan BEP sebaiknya dilakukan sejak tahap awal perencanaan usaha. Bahkan, sebelum benar-benar mengeksekusi bisnis, BEP bisa jadi acuan apakah ide usahamu layak diteruskan atau perlu disesuaikan.

Kalau kamu ingin perhitungan yang lebih komprehensif, menggunakan jasa pembuatan feasibility study bisa menjadi langkah bijak. Studi kelayakan akan memberikan gambaran lengkap mulai dari BEP, potensi pasar, hingga proyeksi keuntungan.

1. Memahami Konsep Dasar Break Even Point

Sebelum masuk ke teknis, kamu perlu benar-benar paham konsep dasarnya. Break Even Point adalah kondisi ketika total pendapatan sama dengan total biaya. Artinya, tidak ada keuntungan dan tidak ada kerugian.

Di tahap ini, kamu belum untung, tapi setidaknya sudah menutup modal yang dikeluarkan. Inilah titik paling krusial yang menjadi dasar perencanaan keuangan.

Untuk memahaminya lebih sederhana, kamu bisa lihat apa itu Break Even Point dan contohnya dalam bisnis sehari-hari. Misalnya, sebuah kafe yang baru buka dengan modal awal Rp100 juta. Saat kafe itu sudah menghasilkan penjualan Rp100 juta, maka mereka sudah mencapai BEP. Jika penjualan lebih tinggi, barulah mereka bisa menikmati keuntungan.

Menariknya, survei menunjukkan banyak pelaku UMKM masih kesulitan menentukan titik impas secara akurat. Padahal, BEP bisa jadi indikator apakah usaha layak diteruskan atau perlu evaluasi sejak awal.

2. Menghitung Total Biaya Tetap

Langkah pertama dalam menentukan BEP adalah mengetahui biaya tetap atau fixed cost. Biaya ini tidak berubah meskipun volume penjualan berubah.

Contohnya: gaji karyawan tetap, sewa gedung, biaya listrik minimum, atau biaya peralatan. Mau jualan 10 produk atau 100 produk, biaya ini tetap sama.

Data empiris menunjukkan bahwa sekitar 30–40% total biaya usaha biasanya berasal dari biaya tetap. Itu artinya, kalau kamu tidak menghitungnya dengan benar, target penjualan bisa salah hitung.

Kenapa ini penting? Karena biaya tetap adalah pondasi awal untuk menentukan seberapa besar usaha harus beroperasi agar bisa menutup modal. Semakin besar biaya tetap, semakin tinggi target penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas.

3. Menentukan Biaya Variabel Per Unit

Setelah biaya tetap, kini saatnya kamu menghitung biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan jumlah produksi atau penjualan.

Contohnya: bahan baku, kemasan, biaya distribusi, atau biaya tenaga kerja harian. Semakin banyak produk yang kamu hasilkan, semakin tinggi biaya variabel yang harus dikeluarkan.

Menurut data industri, biaya variabel biasanya berkisar 50–70% dari harga jual produk. Misalnya, jika harga jual Rp100 ribu, rata-rata biaya variabel ada di kisaran Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per unit.

Data biaya variabel ini penting karena menjadi bagian dari formula menghitung BEP. Tanpa angka yang akurat, hasil perhitunganmu akan bias. Jadi, catat dengan detail semua komponen biaya per unit produkmu.

4. Menggunakan Rumus BEP dengan Tepat

Setelah biaya tetap dan biaya variabel terkumpul, kini saatnya masuk ke inti: menghitung BEP dengan rumus. Ada dua pendekatan yang biasa digunakan, yaitu BEP unit dan BEP Rupiah.

  • Rumus BEP unit:
    BEP (unit) = Biaya Tetap ÷ (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
  • BEP Rupiah:
    BEP (Rp) = Biaya Tetap ÷ (1 – (Biaya Variabel ÷ Penjualan))

Dengan rumus ini, kamu bisa mengetahui berapa unit produk yang harus dijual untuk menutup modal, atau berapa nominal penjualan yang harus dicapai.

Misalnya, ada contoh soal menghitung BEP sederhana. Jika biaya tetap Rp50 juta, harga jual per produk Rp100 ribu, dan biaya variabel per produk Rp40 ribu, maka BEP unit = Rp50 juta ÷ (Rp100 ribu – Rp40 ribu) = 833 unit.

Artinya, kamu harus menjual minimal 833 unit untuk mencapai impas. Angka ini sejalan dengan standar perhitungan BEP yang dipakai perusahaan besar dalam perencanaan laba.

5. Melakukan Simulasi dengan Berbagai Skenario

Bisnis tidak selalu berjalan mulus. Harga bahan baku bisa naik, permintaan pasar bisa turun, atau kompetitor bisa menawarkan harga lebih rendah.

Data dari berbagai penelitian bisnis menunjukkan bahwa perbedaan 5–10% pada harga bahan baku bisa menggeser BEP hingga puluhan persen. Artinya, tanpa simulasi skenario, bisnismu bisa keliru mengambil keputusan.

Misalnya:

  • Apa yang terjadi jika harga bahan baku naik 10%?
  • Bagaimana jika harga jual diturunkan untuk promo?
  • Apa dampaknya kalau biaya distribusi meningkat?

Simulasi ini akan memberikan gambaran risiko dan fleksibilitas usahamu. Dengan begitu, kamu lebih siap menghadapi perubahan pasar.

6. Menggunakan Data Historis untuk Validasi

Kalau usahamu sudah berjalan beberapa bulan, gunakan data historis sebagai bahan validasi perhitungan BEP.

Banyak perusahaan besar membandingkan perhitungan teoritis BEP dengan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir. Dari situ, terlihat apakah perhitungan sudah sesuai realitas atau masih terlalu optimis.

Misalnya, sebuah studi keuangan pada perusahaan FMCG di Indonesia menunjukkan bahwa ketika BEP dihitung secara teoritis, angka yang muncul lebih rendah dibanding realitas di lapangan. Penyebabnya adalah adanya biaya tidak terduga yang tidak masuk perhitungan awal.

Data penjualan, biaya operasional, dan laporan laba rugi bisa memberikan gambaran lebih nyata dibanding hanya perkiraan. Dari sini, kamu bisa menemukan celah efisiensi, misalnya menekan biaya variabel dengan pembelian skala besar, atau menurunkan biaya tetap melalui renegosiasi kontrak sewa.

7. Mengintegrasikan BEP dalam Strategi Bisnis

Menentukan BEP bukan hanya soal angka, tapi juga strategi. Setelah tahu titik impas, kamu bisa menjadikannya acuan dalam pengambilan keputusan.

Misalnya, kamu bisa menentukan target penjualan bulanan, strategi promosi, atau bahkan rencana ekspansi. Data menunjukkan, perusahaan yang rutin mengukur BEP cenderung memiliki strategi pertumbuhan lebih stabil dibanding yang tidak.

Jika BEP sudah tercapai dengan konsisten, kamu lebih percaya diri untuk melangkah ke tahap selanjutnya.

Di sinilah, perhitungan BEP terhubung erat dengan strategi jangka panjang. Tidak hanya memastikan bisnis bertahan, tapi juga berkembang dengan arah yang jelas.

Jika kamu masih ragu dengan perhitungan atau butuh validasi profesional, kamu bisa mempertimbangkan layanan jasa feasibility study yang akan membantu mengukur kelayakan bisnis secara komprehensif. Dengan begitu, setiap langkah yang kamu ambil lebih terukur dan minim risiko.

Menentukan break even point adalah langkah strategis yang tidak boleh kamu lewatkan dalam perencanaan usaha. Dari mulai memahami konsep dasar, menghitung biaya tetap, biaya variabel, menggunakan rumus, hingga melakukan simulasi, semua itu saling melengkapi.

Dengan perhitungan yang tepat, kamu bisa membuat keputusan bisnis yang lebih cerdas dan terukur. Bukan hanya bertahan, tapi juga berkembang ke arah yang lebih menguntungkan.

Jangan anggap remeh titik impas, karena dari sinilah arah bisnismu ditentukan. Dan selalu ingat, cara menentukan break even point yang akurat akan membuat usahamu lebih siap menghadapi persaingan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *